PERKARA
GHIBAH (MENGUNJING) DAN NAMIMAH ( MENGADU DOMBA)
(Rubrik
pengajian bagian ke satu)
Oleh
: Ir, Frans SD Syahrial, MM,
السلام
عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم
الله الرحمن الرحيم
الحمد
لله رب العالمين ، والصلاة والسلام على
أشرف الأنبياء والمرسلين ، سيدنا محمد
وعلى
آله
وصحبه أجمعين ، ومن تبعه بإحسان إلى يوم
الدين.
Assalamualaikum
Wr Wb, Kaum muslimin dan muslimah yang dirahmat oleh Allah, dalam
artikel yang saya coba angkat kali ini adalah mengenai perkara Ghibah
(mengunjing/mengumpat/ngerumpi)serta perkara Namimah (mengadu domba)
serta dosa dosa akibat melakukannya. Tahukah anda bahwa kedua perkara
ini adalah sangat sepele tetapi dosa yang melakukannya adalah
tergolong dosa sangat besar disisi Allah dan RosulNya nahuzubillah.
Sebelum
kita membahas apa itu Ghibah, alangkah baiknya kita mengenal apa itu
definsi Ghibah alias mengunjing, ngerumpi atau mengumpat.
Rosulullah
SAW berkata mengenai definsi Ghibah sebagaimana dari hadis yang
diriwayatkan oleh Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ahmad. Rasulullah
bersabda, “Tahukah kalian apa itu ghibah?”, mereka menjawab,
“Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Beliau bersabda, “Yaitu
engkau menceritakan tentang saudaramu yang membuatnya tidak
suka/benci.” Lalu ditanyakan kepada beliau, “Lalu bagaimana
apabila pada diri saudara saya itu kenyataannya sebagaimana yang saya
ungkapkan?” Maka beliau bersabda, “Apabila cerita yang engkau
katakan itu sesuai dengan kenyataan maka engkau telah
meng-ghibahi-nya. Dan apabila ternyata tidak sesuai dengan kenyataan
dirinya maka engkau telah berdusta atas namanya.”
Berdasarkan
hadits di atas maka jelas oleh kita bahwa definisi ghibah yaitu
menceritakan tentang diri saudara kita sesuatu yang ia benci meskipun
hal itu benar. Ini berarti kita menceritakan dan menyebarluaskan
keburukan dan aib saudara kita kepada orang lain. Tuhan kita Allah
SWT sangat membenci perbuatan ini dan mengibaratkan pelaku ghibah
seperti seseorang yang memakan bangkai saudaranya sendiri.
Sebagaimana
Tuhan Allah S.W.T berfirman dalam QS.
Al-Hujurat : 12 tentang ghibah antara
lain :
وَلَا
يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ
أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ
مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا
اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
"Dan
janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain.Sukakah
salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah
mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah
kepada Allah.Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha
Penyayang."
(QS. Al-Hujuraat: 12)
Kemudian
dilanjutkan Firman Tuhan Allah S.W.t dalam QS Annur ayat 19) berbunyi
:
Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nur – 19)
Dewasa
ini diera globalisasi perkara Ghibah (mengunjing/merumpi/mengumpat)
sudah merupakan pekerjaan sehari hari dan dianggap sepele sementara
mereka yang melakukan tidak tahu bahwa pekerjaan tersebut merupakan
dosa sangat besar termasuk juga Namimah (mengadu domba). Coba kita
tengok, di perkantoran, di majelis ta'lim, di pengajian, di gang gang
bahkan rumah ke rumah seperti di komplek perumahan perkara
mengunjing menceritakan aib orang bukan barang yang aneh lagi apalagi
kebanyakan perkara Ghibah ini kebanyakan umumnya erat sekali dengan
sifat iri hati dan dengki alias hasad. Memang penyakit hati erat
sekali dengan penyakit ghibah sehingga beberapa ulama mengatakan
kedua sifat ini bagaikan layaknya saudara sekandung. Kebanyakan
ghibah tumbuh karena didasari rasa iri, dengki dan benci, juga
ketidakikhlasan menerima kenyataan bahwa orang lain lebih berhasil
atau lebih beruntung daripada kita. Dan kalau dirinya kurang
beruntung, diapun senang menyadari bahwa masih banyak orang lain yang
lebih sengsara daripada dirinya.
Ghibah
atau menggunjing atau membicarakan aib orang lain (bisa juga
diistilahkan dengan ngerumpi) adalah aktivitas yang ‘mengasyikkan’.
Tak sedikit orang, yang secara sadar atau tidak, terjatuh dalam
perbuatan ini. Karena memang setan telah menghiasi perbuatan ini
sehingga tampak indah dan menyenangkan. Tahukah Anda bahwa Allah l
mengibaratkan ghibah dengan perbuatan memakan daging saudara kita
yang telah mati?
Sekarang
perkara Ghibah sudah meluas dimedia cetak, electronik dan
infotainment (hiburan). Beberapa acara informasi kehidupan para artis
atau selebritis yang dikemas dalam bentuk paket hiburan atau
infotainment dengan jelas-jelas menyebut kata gosip sebagi bagian
dari nama acaranya. Bahkan pada salah satu dari acara tersebut
pembawa acaranya menyebut dirinya atau menyapa pemirsannya dengan
istilah “biang gosip”. Mereka dengan bangganya mengaku sebagai
tukang gosip. Saat ini hampir di setiap stasiun televisi memiliki
paket acara seperti di atas. Bahkan satu stasiun ada yang memiliki
lebih dari satu paket acara infotainment tersebut, dengan jadwal
tayangan ada yang mendapat porsi tiga kali seminggu. Hampir semua isi
acara sejenis itu, isinya adalah menyingkap kehidupan pribadi para
selebritis. Walhasil, pemirsa akan mengenal betul seluk beluk
kehidupan para artis, seolah diajak masuk ke dalam rumah bahkan kamar
tidur para artis.Sepintas acara ini terkesan menghibur. Seorang ibu
yang kelelahan setelah menyelesaikan pekerjaan rumah tangganya
mungkin akan terasa terhibur dengan sajian-sajian sisi-sisi kehidupan
pribadi orang-orang terkenal. Apalagi kemasan acara yang semakin
bervariasi ada yang diselingi nyanyi, wawancara langsung dengan
artis, daftar hari ulang tahun para selebritis, dll. Namun jika kita
cermati lebih jauh, isinya kurang lebih adalah menggosip atau
bergunjing.
Diriwayatkan
dari Ibnu Umar ra. dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Wahai
orang yang telah menyatakan Islam dengan lisannya namun iman itu
belum masuk ke dalam hatinya, janganlah kalian semua menyakiti sesama
muslim, janganlah kalian membuka aib mereka, dan janganlah semua
kalian semua mencari-cari (mengintai) kelemahan mereka. Karena
siapa saja yang mencari kekurangan saudaranya sesama muslim maka
Allah akan meng-intai kekurangannya, dan siapa yang akan di-intai
Alah kekurangannya maka pasti Allah akan
ungkapkan, meskipun dia berada dalam rumahnya.”
Ingatlah
sesungguhnya lisan merupakan organ tubuh yang sangat penting karena
ialah yang menta’bir (mengungkapkan) apa yang terdapat dalam hati
seseorang. Lisan tidak mengenal lelah dan tidak pernah bosan berucap,
jika seseorang membiarkannya bergerak mengucapkan kebaikan maka ia
akan memperoleh kebaikan yang banyak, adapun jika ia membiarkannya
mengucapkan keburukan-keburukan maka ia akan ditimpa dengan bencana
dan malapetaka, dan inilah yang lebih banyak terjadi. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
أكْثَرُ
خَطَايَا ابْنِ آدَمَ فِي لِسَانِهِMayoritas dosa seorang anak Adam adalah pada lisannya[1]
Oleh karena itu lisan merupakan salah satu sebab yang paling banyak menjerumuskan umat manusia ke dalam api neraka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
أَكْثَرُ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ الأَجْوَفَانِ : الفَمُ و الْفَرَجُ
Yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka adalah dua lubang, mulut dan kemaluan.[2]
Bagaimana
bahaya dosa yang berbuat Ghibah. :
1.
Dosa ghibah itu lebih besar (lebih keras) dari pada dosa berzina.
Rasulullah
SAW bersabda : “Ghibah itu
lebih keras daripada zina.” Mereka
bertanya,” Bagaimana ghibah lebih keras
daripada zina, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Sesungguhnya
seorang telah berzina, kemudian bertaubat dan Alah mengampuni
dosanya, sedangkan orang yang melakukan ghibah tidak
akan diampuni Allah, hingga orang yang di-ghibah-nya mengampuninya.”
(Hr Abu Daud, An Nasai)
2.
Transver Pahala dan Dosa (amal ibadah berkurang dan dosa bertambah).
Rosulullah
SAW berkata kepada para sahabat bahwa pada hari Hisab nanti
kebanyakan orang orang kaget karena pahala amalnya habis alias
berkurang dan dosanya bertambah para sahabat bertanya kenapa ya
Rosulullah ? Rosulullah SAW menjawab bahwa amal ibadah habis karena
beralih ke pada orang yang di Ghibahnya dan dosanya bertambah karena
dosa yang di ghibahnya beralih kepadanya karena ulah ghibahnya.
Thinks aboou that.
Hal
ini berkenaan dengan Sabda Rosulullah SAW dari hadist yang dirawayat
oleh Abu Hurairah ra.
Diriwayatkan
dari Abu Hurairah Radhiyallahu
'Anhu,
Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam
bersabda,
مَنْ
كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ
عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ
مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لَا يَكُونَ
دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ إِنْ كَانَ لَهُ
عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ
مَظْلَمَتِهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ
حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ
صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ
"Barangsiapa
yang pernah menzalimi saudaranya dari kehormatan atau sesuatu
(miliknya) hendaknya ia meminta kehalalannya dari kezaliman itu pada
hari ini, sebelum datang hari kiamat yang saat itu tidak ada
manfaatnya lagi dinar dan dirham, jika ia mempunyai amal shalih maka
akan diambil sekadar dengan kezalimannya, dan jika tidak memiliki
kebaikan maka keburukan saudaranya akan diambil dan dibebankan
kepadanya."
(HR. Al-Bukhari dan lainnya)
Dalam
suatu riwayat (tarich islam) seorang sahabat Rosulullah SAW yaitu
Abdurahman bin Auf r.a bahkan saking senangnya di-ghibahi orang orang
yang iri dan membencinya sahabat Nabi ini bahkan relah mengantar
makanan dan lauk pauk kerumah orang yang sering meng-ghibahi nya
(mengunjing/mengumpat dirinya). Para sahabat bertanya wahai Ibnu Auf
kenapa engkau mau mengantar menghadiahi makanan serta lauk pauk
kepada orang orang yang selalu mengumpat dan mengunjing dirimu.
Abdurahman bin Auf r.a berkata bahwa aku senang bahwa pahalaku
bertambah sebagaimana dia mengghibahi diriku dan dosaku makin
berkurang sebagaimana dia meng-ghibahi (mengungjing/merumpi) diriku .
3.
Dosa Ghiba lebih besar (lebih parah ) dari dosa berbuat Riba
Ghibah
termasuk riba yang paling parah, dan riba merupakan dosa besar
Imam Abu Dawud As-Sajistaani meriwayatkan dalam sunannya dalam bab في الغيبة (tentang ghibah)[43] sebuah hadits yang diriwayatkan oleh hadits Sa’id bin Zaid radliyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ مِنْ أَرْبَى الرِّبَا الاِسْتِطَالَةُ فِي عِرْضِ الْمُسْلِمِ بِغَيْرِ حَقٍّ
Sesungguhnya termasuk riba yang paling parah adalah mengulurkan lisan terhadap kehormatan seorang muslim tanpa hak.
Imam Abu Dawud As-Sajistaani meriwayatkan dalam sunannya dalam bab في الغيبة (tentang ghibah)[43] sebuah hadits yang diriwayatkan oleh hadits Sa’id bin Zaid radliyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ مِنْ أَرْبَى الرِّبَا الاِسْتِطَالَةُ فِي عِرْضِ الْمُسْلِمِ بِغَيْرِ حَقٍّ
Sesungguhnya termasuk riba yang paling parah adalah mengulurkan lisan terhadap kehormatan seorang muslim tanpa hak.
Ada
kejadian di suatu lingkungan perumahan dimana seorang melakukan
perbuatan yang dianggap tercelah oleh masyarakat lingkungannya
tersebut yaitu melakukan praktik keuangan yang dianggap riba.
Walaupun mereka mereka tidak punya alasan yang kuat menghakimi
seorang warga tersebut berbuat riba baik alasan ilmu agama (fiqh)
maupun dari segi ilmu ekonomi jadi hal ini masih diperdebatkan.Namun
mereka tidak menyadari kalau mereka telah menggunjingi (meng-ghibahi)
orang tersebut baik di pengajian maupun di tempat umum. Orang
tersebut bertanya kepada saya bagaimana ini Pak Insinyur?.Saya Jawab
perkara yang kamu lakukan belum tentu itu hukumnya riba, artinya bisa
riba atau bisa tidak tergantung bagaimana kontek perkaranya dilihat
dari fiqh, hadist maupun Alquran jadi saya belum bisa manghakimi kamu
kalau kamu melakukan riba. Tetapi yang jelas mereka mereka yang
melakukan pergunjingan terhadap perkara yang kamu lakukan dosanya
sama saja lebih besar dari yang melakukan riba. Hal diambil dari
kontek hadis diriwayat Abu Dawud diatas.
Jadi
sangat bodoh sekali orang orang yang mengerumpi/mengunjing saudara
sesama muslim/muslimah yang pekerjaannya belum tentu jelas melakukan
perkara diharamkan oleh Allah SWT tetapi yang telah mengunjing
perkara tersebut jelas dosanya lebih besar dari perkara riba itu
sendiri.
4.
Akan Dikurung Didalam Lumpur Keringat Ahli Neraka.
Dari
Ibnu Umar ra. Rasulullah SAW bersabda : “Siapa yang berkata tentang
seorang mukmin dengan sesuatu yang tidak terjadi (tidak dia perbuat),
maka Allah SWT akan mengurungnya di dalam lumpur keringat ahli
neraka, sehingga dia menarik diri dari ucapannya (melakukan sesuatu
yang dapat membebaskannya).” (HR. Ahmad)
Selanjutnya
perbuatan ghibah ini lebih parah lagi bukan sekedar mengunjing atau
mengumpat tetapi sudah mengolok-olok dan menghina
Surah 49. Al-Hujurat, Ayah 11
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا
يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ
أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا
نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ
يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ وَلَا
تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا
تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ
الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ
ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ
هُمُ الظَّالِمُونَ
|
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokan kaum
yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik
dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita
(mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita
(yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang
mengolok-olokkan)" Secara nash larangan tersebut ditujukan
kepada lelaki dan dilanjutkan untuk kaum wanita.
Jadi berdasarkan surah Alhujurat Ayat 11 diatas, Allah menyatakan bahwa kaum yang melakukan mengunjing dengan mengolok olok ( mentertawai/mengejek) kaum lain Allah berfirman bahwa yang kaum mengolok olok itu belum tentu lebih baik dari yang di olok olok boleh jadi yang di olok olok itu lebih baik dari mengolok, begitu juga wanita yang meng olok olok wanita lain itu belum tentu dia lebih baik dari wanita yang di olok olok boleh jadi kata Firman Allah SWT bahwa wanita yang di olok itu bahkan lebih baik dari wanita yang mengolok olok.
Selanjutnya Allah SWT berfirman, "Dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri," yakni janganlah kalian mencela orang lain. Pengumpat atau orang yang mencela adalah orang-orang tercela dan terlaknat sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah SWT berikut, "Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela” (QS. Al-Humazah: 1)
Jadi berdasarkan surah Alhujurat Ayat 11 diatas, Allah menyatakan bahwa kaum yang melakukan mengunjing dengan mengolok olok ( mentertawai/mengejek) kaum lain Allah berfirman bahwa yang kaum mengolok olok itu belum tentu lebih baik dari yang di olok olok boleh jadi yang di olok olok itu lebih baik dari mengolok, begitu juga wanita yang meng olok olok wanita lain itu belum tentu dia lebih baik dari wanita yang di olok olok boleh jadi kata Firman Allah SWT bahwa wanita yang di olok itu bahkan lebih baik dari wanita yang mengolok olok.
Selanjutnya Allah SWT berfirman, "Dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri," yakni janganlah kalian mencela orang lain. Pengumpat atau orang yang mencela adalah orang-orang tercela dan terlaknat sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah SWT berikut, "Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela” (QS. Al-Humazah: 1)
Demikian
yang dapat saya tausiah kan kepada sdrku kaum muslim dan muslimah
akhirul kalam jangan lah kita melakukan ghibah (mengunjing/mengumpat)
bahkan mengolok olok orang setiap hari lebih baik kita melakukan
muhasabah (koreksi diri )kita dan keluarga kita dari pada ngomongin
dan mencelah orang lain dan klgnya, semoga kita dilindungi oleh Allah
SWT dari perbuatan tercelah terutama perbuatan Gibah yang dapat
menggerus amal ibadah yang kita lakukan dengan susah payah malah
mengalir ke orang yang kita ghibah dan lebih runyam dosa dia yang
kita ghibah malah mengalir kita pikul ke diri kita nahubillah min
zhaliq.
(Bersambung).
Salam.
Frans
SD Syahrial.
1 komentar:
Assalamu'alaikum.wr.wb
salam ukhwah dan ijin shared demi kebaikan bersama . . .
Posting Komentar