Selasa, 08 Januari 2013

PERKARA GHIBAH DAN NAMIMAH BERSERTA DOSANYA



PERKARA GHIBAH (MENGUNJING) DAN NAMIMAH ( MENGADU DOMBA)

(Rubrik pengajian bagian ke satu)

Oleh : Ir, Frans SD Syahrial, MM,



السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله رب العالمين ، والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين ، سيدنا محمد وعلى
آله وصحبه أجمعين ، ومن تبعه بإحسان إلى يوم الدين.


Assalamualaikum Wr Wb, Kaum muslimin dan muslimah yang dirahmat oleh Allah, dalam artikel yang saya coba angkat kali ini adalah mengenai perkara Ghibah (mengunjing/mengumpat/ngerumpi)serta perkara Namimah (mengadu domba) serta dosa dosa akibat melakukannya. Tahukah anda bahwa kedua perkara ini adalah sangat sepele tetapi dosa yang melakukannya adalah tergolong dosa sangat besar disisi Allah dan RosulNya nahuzubillah.

Sebelum kita membahas apa itu Ghibah, alangkah baiknya kita mengenal apa itu definsi Ghibah alias mengunjing, ngerumpi atau mengumpat.

Rosulullah SAW berkata mengenai definsi Ghibah sebagaimana dari hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ahmad. Rasulullah bersabda, “Tahukah kalian apa itu ghibah?”, mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Beliau bersabda, “Yaitu engkau menceritakan tentang saudaramu yang membuatnya tidak suka/benci.” Lalu ditanyakan kepada beliau, “Lalu bagaimana apabila pada diri saudara saya itu kenyataannya sebagaimana yang saya ungkapkan?” Maka beliau bersabda, “Apabila cerita yang engkau katakan itu sesuai dengan kenyataan maka engkau telah meng-ghibahi-nya. Dan apabila ternyata tidak sesuai dengan kenyataan dirinya maka engkau telah berdusta atas namanya.”

Berdasarkan hadits di atas maka jelas oleh kita bahwa definisi ghibah yaitu menceritakan tentang diri saudara kita sesuatu yang ia benci meskipun hal itu benar. Ini berarti kita menceritakan dan menyebarluaskan keburukan dan aib saudara kita kepada orang lain. Tuhan kita Allah SWT sangat membenci perbuatan ini dan mengibaratkan pelaku ghibah seperti seseorang yang memakan bangkai saudaranya sendiri.

Sebagaimana Tuhan Allah S.W.T berfirman dalam QS. Al-Hujurat : 12 tentang ghibah antara lain :

وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ


"Dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain.Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Hujuraat: 12)

Kemudian dilanjutkan Firman Tuhan Allah S.W.t dalam QS Annur ayat 19) berbunyi :

Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nur – 19)

Dewasa ini diera globalisasi perkara Ghibah (mengunjing/merumpi/mengumpat) sudah merupakan pekerjaan sehari hari dan dianggap sepele sementara mereka yang melakukan tidak tahu bahwa pekerjaan tersebut merupakan dosa sangat besar termasuk juga Namimah (mengadu domba). Coba kita tengok, di perkantoran, di majelis ta'lim, di pengajian, di gang gang bahkan rumah ke rumah seperti di komplek perumahan perkara mengunjing menceritakan aib orang bukan barang yang aneh lagi apalagi kebanyakan perkara Ghibah ini kebanyakan umumnya erat sekali dengan sifat iri hati dan dengki alias hasad. Memang penyakit hati erat sekali dengan penyakit ghibah sehingga beberapa ulama mengatakan kedua sifat ini bagaikan layaknya saudara sekandung. Kebanyakan ghibah tumbuh karena didasari rasa iri, dengki dan benci, juga ketidakikhlasan menerima kenyataan bahwa orang lain lebih berhasil atau lebih beruntung daripada kita. Dan kalau dirinya kurang beruntung, diapun senang menyadari bahwa masih banyak orang lain yang lebih sengsara daripada dirinya.
Ghibah atau menggunjing atau membicarakan aib orang lain (bisa juga diistilahkan dengan ngerumpi) adalah aktivitas yang ‘mengasyikkan’. Tak sedikit orang, yang secara sadar atau tidak, terjatuh dalam perbuatan ini. Karena memang setan telah menghiasi perbuatan ini sehingga tampak indah dan menyenangkan. Tahukah Anda bahwa Allah l mengibaratkan ghibah dengan perbuatan memakan daging saudara kita yang telah mati?
Sekarang perkara Ghibah sudah meluas dimedia cetak, electronik dan infotainment (hiburan). Beberapa acara informasi kehidupan para artis atau selebritis yang dikemas dalam bentuk paket hiburan atau infotainment dengan jelas-jelas menyebut kata gosip sebagi bagian dari nama acaranya. Bahkan pada salah satu dari acara tersebut pembawa acaranya menyebut dirinya atau menyapa pemirsannya dengan istilah “biang gosip”. Mereka dengan bangganya mengaku sebagai tukang gosip. Saat ini hampir di setiap stasiun televisi memiliki paket acara seperti di atas. Bahkan satu stasiun ada yang memiliki lebih dari satu paket acara infotainment tersebut, dengan jadwal tayangan ada yang mendapat porsi tiga kali seminggu. Hampir semua isi acara sejenis itu, isinya adalah menyingkap kehidupan pribadi para selebritis. Walhasil, pemirsa akan mengenal betul seluk beluk kehidupan para artis, seolah diajak masuk ke dalam rumah bahkan kamar tidur para artis.Sepintas acara ini terkesan menghibur. Seorang ibu yang kelelahan setelah menyelesaikan pekerjaan rumah tangganya mungkin akan terasa terhibur dengan sajian-sajian sisi-sisi kehidupan pribadi orang-orang terkenal. Apalagi kemasan acara yang semakin bervariasi ada yang diselingi nyanyi, wawancara langsung dengan artis, daftar hari ulang tahun para selebritis, dll. Namun jika kita cermati lebih jauh, isinya kurang lebih adalah menggosip atau bergunjing.

Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Wahai orang yang telah menyatakan Islam dengan lisannya namun iman itu belum masuk ke dalam hatinya, janganlah kalian semua menyakiti sesama muslim, janganlah kalian membuka aib mereka, dan janganlah semua kalian semua mencari-cari (mengintai) kelemahan mereka. Karena siapa saja yang mencari kekurangan saudaranya sesama muslim maka Allah akan meng-intai kekurangannya, dan siapa yang akan di-intai Alah kekurangannya maka pasti Allah akan ungkapkan, meskipun dia berada dalam rumahnya.”
Ingatlah sesungguhnya lisan merupakan organ tubuh yang sangat penting karena ialah yang menta’bir (mengungkapkan) apa yang terdapat dalam hati seseorang. Lisan tidak mengenal lelah dan tidak pernah bosan berucap, jika seseorang membiarkannya bergerak mengucapkan kebaikan maka ia akan memperoleh kebaikan yang banyak, adapun jika ia membiarkannya mengucapkan keburukan-keburukan maka ia akan ditimpa dengan bencana dan malapetaka, dan inilah yang lebih banyak terjadi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
أكْثَرُ خَطَايَا ابْنِ آدَمَ فِي لِسَانِهِ
Mayoritas dosa seorang anak Adam adalah pada lisannya[1]
Oleh karena itu lisan merupakan salah satu sebab yang paling banyak menjerumuskan umat manusia ke dalam api neraka.



Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
أَكْثَرُ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ الأَجْوَفَانِ : الفَمُ و الْفَرَجُ
Yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka adalah dua lubang, mulut dan kemaluan.[2]


Bagaimana bahaya dosa yang berbuat Ghibah. :


1. Dosa ghibah itu lebih besar (lebih keras) dari pada dosa berzina.

Rasulullah SAW bersabda : “Ghibah itu lebih keras daripada zina.” Mereka bertanya,” Bagaimana ghibah lebih keras daripada zina, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Sesungguhnya seorang telah berzina, kemudian bertaubat dan Alah mengampuni dosanya, sedangkan orang yang melakukan ghibah tidak akan diampuni Allah, hingga orang yang di-ghibah-nya mengampuninya.” (Hr Abu Daud, An Nasai)

2. Transver Pahala dan Dosa (amal ibadah berkurang dan dosa bertambah).

Rosulullah SAW berkata kepada para sahabat bahwa pada hari Hisab nanti kebanyakan orang orang kaget karena pahala amalnya habis alias berkurang dan dosanya bertambah para sahabat bertanya kenapa ya Rosulullah ? Rosulullah SAW menjawab bahwa amal ibadah habis karena beralih ke pada orang yang di Ghibahnya dan dosanya bertambah karena dosa yang di ghibahnya beralih kepadanya karena ulah ghibahnya. Thinks aboou that.


Hal ini berkenaan dengan Sabda Rosulullah SAW dari hadist yang dirawayat oleh Abu Hurairah ra.


Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لَا يَكُونَ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ
"Barangsiapa yang pernah menzalimi saudaranya dari kehormatan atau sesuatu (miliknya) hendaknya ia meminta kehalalannya dari kezaliman itu pada hari ini, sebelum datang hari kiamat yang saat itu tidak ada manfaatnya lagi dinar dan dirham, jika ia mempunyai amal shalih maka akan diambil sekadar dengan kezalimannya, dan jika tidak memiliki kebaikan maka keburukan saudaranya akan diambil dan dibebankan kepadanya." (HR. Al-Bukhari dan lainnya)
Dalam suatu riwayat (tarich islam) seorang sahabat Rosulullah SAW yaitu Abdurahman bin Auf r.a bahkan saking senangnya di-ghibahi orang orang yang iri dan membencinya sahabat Nabi ini bahkan relah mengantar makanan dan lauk pauk kerumah orang yang sering meng-ghibahi nya (mengunjing/mengumpat dirinya). Para sahabat bertanya wahai Ibnu Auf kenapa engkau mau mengantar menghadiahi makanan serta lauk pauk kepada orang orang yang selalu mengumpat dan mengunjing dirimu. Abdurahman bin Auf r.a berkata bahwa aku senang bahwa pahalaku bertambah sebagaimana dia mengghibahi diriku dan dosaku makin berkurang sebagaimana dia meng-ghibahi (mengungjing/merumpi) diriku .

3. Dosa Ghiba lebih besar (lebih parah ) dari dosa berbuat Riba

Ghibah termasuk riba yang paling parah, dan riba merupakan dosa besar

Imam Abu Dawud As-Sajistaani meriwayatkan dalam sunannya dalam bab
في الغيبة (tentang ghibah)[43] sebuah hadits yang diriwayatkan oleh hadits Sa’id bin Zaid radliyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ مِنْ أَرْبَى الرِّبَا الاِسْتِطَالَةُ فِي عِرْضِ الْمُسْلِمِ بِغَيْرِ حَقٍّ

Sesungguhnya termasuk riba yang paling parah adalah mengulurkan lisan terhadap kehormatan seorang muslim tanpa hak.

Ada kejadian di suatu lingkungan perumahan dimana seorang melakukan perbuatan yang dianggap tercelah oleh masyarakat lingkungannya tersebut yaitu melakukan praktik keuangan yang dianggap riba. Walaupun mereka mereka tidak punya alasan yang kuat menghakimi seorang warga tersebut berbuat riba baik alasan ilmu agama (fiqh) maupun dari segi ilmu ekonomi jadi hal ini masih diperdebatkan.Namun mereka tidak menyadari kalau mereka telah menggunjingi (meng-ghibahi) orang tersebut baik di pengajian maupun di tempat umum. Orang tersebut bertanya kepada saya bagaimana ini Pak Insinyur?.Saya Jawab perkara yang kamu lakukan belum tentu itu hukumnya riba, artinya bisa riba atau bisa tidak tergantung bagaimana kontek perkaranya dilihat dari fiqh, hadist maupun Alquran jadi saya belum bisa manghakimi kamu kalau kamu melakukan riba. Tetapi yang jelas mereka mereka yang melakukan pergunjingan terhadap perkara yang kamu lakukan dosanya sama saja lebih besar dari yang melakukan riba. Hal diambil dari kontek hadis diriwayat Abu Dawud diatas.
Jadi sangat bodoh sekali orang orang yang mengerumpi/mengunjing saudara sesama muslim/muslimah yang pekerjaannya belum tentu jelas melakukan perkara diharamkan oleh Allah SWT tetapi yang telah mengunjing perkara tersebut jelas dosanya lebih besar dari perkara riba itu sendiri.

4. Akan Dikurung Didalam Lumpur Keringat Ahli Neraka.

Dari Ibnu Umar ra. Rasulullah SAW bersabda : “Siapa yang berkata tentang seorang mukmin dengan sesuatu yang tidak terjadi (tidak dia perbuat), maka Allah SWT akan mengurungnya di dalam lumpur keringat ahli neraka, sehingga dia menarik diri dari ucapannya (melakukan sesuatu yang dapat membebaskannya).” (HR. Ahmad)

Selanjutnya perbuatan ghibah ini lebih parah lagi bukan sekedar mengunjing atau mengumpat tetapi sudah mengolok-olok dan menghina

Surah 49. Al-Hujurat, Ayah 11




يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan)" Secara nash larangan tersebut ditujukan kepada lelaki dan dilanjutkan untuk kaum wanita.

Jadi berdasarkan surah Alhujurat Ayat 11 diatas, Allah menyatakan bahwa kaum yang melakukan mengunjing dengan mengolok olok ( mentertawai/mengejek) kaum lain Allah berfirman bahwa yang kaum mengolok olok itu belum tentu lebih baik dari yang di olok olok boleh jadi yang di olok olok itu lebih baik dari mengolok, begitu juga wanita yang meng olok olok wanita lain itu belum tentu dia lebih baik dari wanita yang di olok olok boleh jadi kata Firman Allah SWT bahwa wanita yang di olok itu bahkan lebih baik dari wanita yang mengolok olok.

Selanjutnya Allah SWT berfirman, "Dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri," yakni janganlah kalian mencela orang lain. Pengumpat atau orang yang mencela adalah orang-orang tercela dan terlaknat sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah SWT berikut, "Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela” (QS. Al-Humazah: 1)

Demikian yang dapat saya tausiah kan kepada sdrku kaum muslim dan muslimah akhirul kalam jangan lah kita melakukan ghibah (mengunjing/mengumpat) bahkan mengolok olok orang setiap hari lebih baik kita melakukan muhasabah (koreksi diri )kita dan keluarga kita dari pada ngomongin dan mencelah orang lain dan klgnya, semoga kita dilindungi oleh Allah SWT dari perbuatan tercelah terutama perbuatan Gibah yang dapat menggerus amal ibadah yang kita lakukan dengan susah payah malah mengalir ke orang yang kita ghibah dan lebih runyam dosa dia yang kita ghibah malah mengalir kita pikul ke diri kita nahubillah min zhaliq.

(Bersambung).

Salam.

Frans SD Syahrial.



1 komentar:

Someoneelse mengatakan...

Assalamu'alaikum.wr.wb

salam ukhwah dan ijin shared demi kebaikan bersama . . .